Ketenagakerjaan Di Bawah Bayang Ledakan Penduduk.
Menurut Thomas Robert Malthus pertambahan
jumlah penduduk adalah seperti deret ukur (1, 2, 4, 8, 16, ...), sedangkan
pertambahan jumlah produksi makanan adalah bagaikan deret hitung (1, 2, 3, 4,
5, 6, 7, ...). Hal ini tentu saja akan sangat mengkhawatirkan masa depan kita
di mana populasi penduduk saat ini semakin mencemaskan. Jumlah penduduk semakin
besar dan semua orang memerlukan jaminan pangan dan penghidupan yang layak.
Mencomot sebuah berita dari situs berita
Merdeka.com Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia, Suryo B.
Sulisto menyoroti kondisi tenaga kerja di Indonesia yang semakin
memprihatinkan. Menurut dia masalah paling krusial dihadapi saat ini adalah
jumlah penduduk yang terus meningkat dalam 10 tahun terakhir namun tidak
dibarengi dengan tersedianya lapangan kerja.
Suryo menjelaskan bahwa jumlah penduduk yang
semakin meningkat ini ditengarai akibat dari program Keluarga Berencana (KB)
yang sudah tidak lagi berjalan optimal. Padahal disisi lain pertambahan
penduduk ini tidak dibarengi dengan jumlah penyerapan tenaga kerja dalam negeri.
Bahkan penyerapan tenaga kerja saat ini dinilai tidak berkembang bahkan
cenderung menurun.
"Ini ada keprihatinan yang serius dalam
hal tenaga kerja khususnya pada sumber daya manusia pada umumnya," ucap
Suryo dalam seminar di Kementerian Perindustrian, Jakarta, Rabu (30/4).
Pendapat tersebut sejalan dengan catatan Badan
Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), bahwa pada kuartal I 2013 realisasi
investasi mencapai Rp 93 triliun dengan kemampuan menampung tenaga kerja
sebesar 361.924. Namun pada kuartal I 2014 realisasi investasi melonjak hingga
Rp 106,6 triliun tapi hanya mampu menyediakan lapangan kerja untuk 260.156
orang.
Penurunan daya serap tenaga kerja ini
ditengarai karena model investasi yang telah bergeser dari padat karya atau
model industri yang membutuhkan banyak tenaga kerja menjadi model industri
padat modal dan padat teknologi. Artinya industri di masa depan tidak lagi
membutuhkan banyak tenaga kerja karena kemajuan teknologi.
Jika memang benar ke depan investasi industri
telah bergeser kepada padat modal dan teknologi. Tentu saja ini tanda bahaya
bagi kondisi Indonesia yang saat ini mengalami pertumbuhan penduduk yang pesat.
Proyeksi pemerintah yang berusaha menciptkan setiap satu persen pertumbuhan
ekonomi menyerap 400.000 tenaga kerja akan sulit tercapai. Ini terbukti pada 2013 lalu sudah terlihat
pertumbuhan ekonomi setiap satu persen hanya mampu menyerap 180.000 atau hanya
45 persen dari proyeksi ideal yang dibuat pada 2010.
Dalam sebuah berita di Harian Jawa Pos
disebutkan saat ini jumlah penganggur di Indonesia telah mencapai 7,45 juta
orang dan pemutusan hubungan kerja (PHK) di beberapa sektor industri terus
berjalan. Data Apindo menunjukkan, 11.000 karyawan dari sektor alas kaki telah
di-PHK, bahkan di sektor tambang batu bara 400.000–500.000 karyawan telah
dirumahkan. Padahal pertumbuhan ekonomi akan semakin melambat sebagai dampak
peningkatan pengangguran yang tentu saja menurunkan kemampuan konsumsi rumah
tangga. Dan ini akan menjadi efek bola salju yang terus berputar menggelinding
mempengaruhi aspek-aspek kehidupan yang lain.
Jika tautan pertambahan jumlah penduduk dengan
aspek ketenagakerjaan dan ekonomi tidak segera diberikan perhatian serius dari
pemerintah bukan tidak mungkin Indonesia akan menghadapi bencana pengangguran
yang serius ke depan.
Pada aspek sosial laju pertumbuhan penduduk di
Indonesia yang semakin meningkat dan berdampak pada lonjakan jumlah penganggur
dikhawatirkan juga akan berdampak pada semakin tingginya ancaman kriminalitas
di lingkungan masyarakat. Tingginya pengangguran akan menimbulkan
ketidaksetabilan sosial. Tingkat pengangguran yang tinggi menggambarkan banyak
masyarakat yang kehilangan pendapatan. Padahal, mereka tetap dituntut memenuhi
kebutuhan hidup diri sendiri dan keluarganya, sehingga mereka akan melakukan
apa saja untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Inilah yang bakal memicu maraknya
tindak kejahatan seperti pencopetan, perampokan, pencurian dan tindak kriminal
lainnya.
Sebelum terlambat, pemerintah sudah seharusnya
berusaha lebih keras menekan pesatnya pertumbuhan penduduk. Hal pertama yang
menjadi prioritas sebaiknya adalah menggalakkan program KB kembali dengan
tujuan untuk mengendalikan jumlah anak dalam suatu keluarga atau mengurangi
jumlah angka kelahiran. Selain itu pada program KB juga terdapat misi
menyosialisasikan soal penundaan masa perkawinan dini agar jumlah angka
kelahiran yang tinggi saat ini dapat di tekan.
Selain pada urusan KB, dalam mengimbangi
pertumbuhan penduduk pemerintah dapat berusaha juga menambah dan menciptakan
lapangan kerja baru. Seperti mengembangkan lapangan kerja pada sektor
pertanian, perikanan, perkebunan, peternakan dan industri kecil yang berpeluang
menyerap banyak tenaga kerja. Sektor pertanian, perikanan, perkebunan, dan
peternakan yang semakin berkembang juga sekaligus diharapkan akan memberikan
jaminan sumber makanan bagi seluruh penduduk.
Pertambahan penduduk juga sebaiknya diimbangi
dengan peningkatan kesadaran pendidikan pada masyarakat. Melalui pendidikan
selain akan berdampak pada peningkatan kualitas penduduk juga diharapkan dengan
pendidikan dapat merubah pola pikir masyarakat soal kependudukan misal tentang
kepercayaan “banyak anak banyak rejeki”.
Posting Komentar